cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis
ISSN : 25409050     EISSN : 25409069     DOI : -
Core Subject : Religion,
Diroyah: Jurnal Studi Ilmu Hadis dengan nomor E-ISSN 2540-9069 dan P-ISSN 2540-9050 adalah jurnal ilmiah yang memuat kajian, hasil penelitian dan publikasi akademik di bidang hadis dan ilmu hadis. Jurnal ini diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung bekerjasama dengan Asosiasi Ilmu Hadis (ASILHA) 2 kali dalam setahun yakni bulan Maret dan September.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2020)" : 8 Documents clear
TRADISI MEMBACA SURAT YASIN TIGA KALI PADA RITUAL REBO WEKASAN (Studi Living Sunnah di Kampung Sinagar Desa Bojong Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur) Laelasari Sari
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (31.956 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v4i2.6219

Abstract

Ritual Rebo Wekasan sudah menjadi tradisi di kalangan umat Islam, khususnya di kampung Sinagar desa Bojong Kecamatan Karangtengah kabupaten Cianjur, yang sampai kini masih dilestarikan. Dalam penamaan dan cara pelaksanaan tradisi ini berbeda-beda di setiap tempat. Tujuan dari tradisi ini untuk menolak segala musibah yang turun pada  setiap Rabu akhir di bulan Safar. Dalam pelaksanaan tradisi ini terdapat salah satu surat Al-Quran yang digunakan di dalamnya. Dalam penelitian ini penulis fokus dengan makna pembacaan surat Yasin, hal ini terkait dengan apa yang masyarakat pahami mengenai pembacaan surat Yasin, apa yang masyarakat rasakan ketika pembacaan surat Yasin tersebut berlangsung dan apa hikmah yang di rasakan oleh masyarakat setelah membaca surat Yasin pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menjelasakan apa yang dimaksud dengan  pembacaan surat Yasin dalam tradisi Rebo Wekasan, apa yang dirasakan oleh pelaksanaan pembacaan surat Yasin pada saat pembacaan surat Yasin berlangsung dalam tradisi Rebo Wekasan, dan untuk mengetahui hikamh dibalik pemabcaan surat yasin pada tradisi Rebo Wekasan yang dilaksanakan di Kampung Sinagar Desa Bojong Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan living sunnah.Teknik pengumpulan data ditempuh melalui interview, library reseach, dan dokumentasi. Analisi data yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini, penulis menggunakan analisis deskripsi analitik. Dalam mengkaji makna pembacaan surat Yasin dalam tradisi Rebo Wekasan di kampung Sinagar desa Bojong Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur.Adapun hasil yang di dapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Masyarakat memahami bahwa pada hari Rabu terakhir di bulan Safar akan di turunkan marabahaya, sehingga mereka melaksanakan pembacaan surat Yasin untuk terhindar dari marabahaya tersebut, dan surat Yasin merupakan Qolbu Al-Quran (Jantung Al-Quran) yang di dalamnya terdapat beberapa keutamaan dan kedahsyatan yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.  Adapun hikmah yang di rasakan oleh masyrakat kampung Sinagar setelah membaca surat Yasin pada hari Rabu terakhir di bulan Safar hatinya menjadi tenang.
ANALISIS NAQD AL MUTN UMMUL MUKMIININ AISYAH RA TENTANG TENDENSI MISSOGINISME DALAM HADIS SUTRAH dilan imam adilan
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (548.369 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v4i2.6240

Abstract

Ilmu Hadis merupakan bagian dari studi Islam  memiliki kompleksitas persoalan tinggi. Tidak hanya berbicara tentang aspek aqidah, akhlaq, fiqih atau muamalah. Ilmu Hadis juga membahas tentang aspek lain diluar persoalan keislaman. Salah satunya persoalan gender dalam hal ini hadis, yang dinilai memiliki muatan “missoginisme”[1].Maka upaya para Ulama terutama generasi awal yaitu para sahabat mengoreksi dan melakukan kritik.Fokus permasalahan terletak pada kasus hadis sutrah (batas shalat), pada jalur periwayatan Abu Dzar Al Ghifari dan Abu Hurairah juga hadis bantahan dari Siti Aisyah RA. Pertama, hadis pada riwayat Abu Dzar dan Abu Hurairah menunjukan bahwa wanita merupakan bagian dari  penyebab yang membatalkan batas shalat selain dari anjing hitam, dan keledai. Kedua, hadis dari Urwah bin Zubair menjelaskan bantahan Aisyah dengan matan,“Apakah wanita itu sudah seperti binatang buruknya?”, kemudian ini disebut sebagai analisis Naqd al Mutun. Upaya kritik matan (naqd al Mutn) Aisyah RA terhadap beberapa riwayat ini. Menghasilkan beberapa kesimpulan; bahwa secara etik-moral tidak mungkin Rasulullah SAW menyatakan bahwa wanita setara dengan anjing, dan keledai. Dan secara tegas Aisyah melakukan kritik terhadap beberapa jalur periwayatan terkait “makna” dan urgensitas hadis tersebut        Lalu, para ulama juga memunculkan beberapa argumentasi terkait kasus hadis sutrah (missoginis) tersebut. Dengan analisa komparatif dan library research menggunakan kitab-kitab takhrij, dan syarah. Maka akan ditemukan bagaimana para ulama mencoba mengketengahi persoalan ini.        Kata kunci : Aisyah RA, Naqd al Mutn, Hadis Sutrah, Ulama Jumhur       [1]Misoginis sebagaimana diutarakan Nasarudin Umar dalam desertasi, “Argumen Kesetaraan Gender perspektif Al Qur’an” yaitu sebuah nilai/usaha yang berupaya mendeskritkan perempuan mengenai konsep gender dalam tata-nilai norma kehidupan.(Lihat, Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Alquran Jakarta;Dian Rakyat).hlm.45. 
Pemahaman Hadis Kepemimpinan Quraisy: Studi Komparatif Tipologi Kepemimpinan Quraisy Dengan Tipologi Kepemimpinan Di Indonesia Mila Melyani
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (44.656 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v4i2.6449

Abstract

Many people consider that the Quraish  leadership hadith is no longer relevant today, because Islam has spread  throughout the world. Then what about Indonesia because Indonesia is a Republican country. As a country with the most Muslim majority in the matter of appointing a leader, it is certainly a problem in itself. This study focuses on the meaning of the Quraish leadership tradition which can be universally understood and can also be contextualized for Indonesia by studying the typology of Quraish leadership and Indonesian leadership typology using comparative methodology. If applied from the hadith of the Quraish leadership into the context of Indonesia, the most important criterion that a leader must have in Indonesia is that of a generous, honest, trustworthy and fair nature.
Pemahaman Hadis A. Hassan Dalam Perspektif Sosiologi Pengetahuan Maula Sari
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (41.142 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v4i2.4643

Abstract

                                                                       ABSTRACThis paper aims to look at the hadith thinking of Ahmad Hassan in the sociology of knowledge. Knowledge Sociology is the study of the relationship between the human mind and the social context that influences it. Not many Muslims, especially in Indonesia, are truly experts in the field of Hadith studies. This is because this study requires perseverance and patience. The dominance of the jurisprudence of the school has prevented Muslims from interacting directly with the Koran and hadith. Ahmad Hassan appeared with Islamic reform and freedom in understanding religious teachings without being bound by a school. This writing uses Library research. Ahmad Hassan, who is known as a figure of reform or tajdid who is also known as ishlah, is very giving his thoughts in the field of hadith.Keywords: Ahmad Hassan, Sociology of Knowledge.ABSTRAKTulisan ini bertujuan untuk melihat pemikiran hadis Ahmad Hassan dalam sosiologi pengetahuan. Sosiologi Pengetahuan adalah studi mengenai hubungan antara pikiran manusia dengan konteks sosial yang mempengaruhinya. Tidak banyak umat muslim khususnya di Indonesia yang benar-benar ahli dalam bidang kajian hadis. Hal ini disebabkan karena studi ini memerlukan keuletan dan ketelatenan. Dominasi fikih mazhab telah menghalangi umat islam dalam berinteraksi dengan al-Quran dan hadis secara langsung. Ahmad Hassan tampil dengan pembaharuan Islam dan kebebasan dalam memahami ajaran agama tanpa terikat dengan suatu mazhab. Penulisan ini menggunakan Library research. Ahmad Hassan yang dikenal sebagai satu tokoh pembaruan atau tajdid ysang dikenal juga dengan ishlah sangat memberikan pemikirannya dalam bidang hadis.Kata Kunci: Ahmad Hassan,sosiologi Pengetahuan.  
Rasulullah SAW the Pioneer of Literacy in The Muslim Community of Mecca Ari Fauzi Rahman
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.858 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v4i2.5715

Abstract

AbstractAfter the messenger of Allah (Rasulullah Saw) was sent, the first revelation that was revealed Qs. al-‘Alaq 1-5 which was delivered by Gabriel or Jibril when Rasulullah was sleeping in Cave of Hira. But because of the fear of Rasulullah Saw, come down Qs. al-Muddatsir [74]: 1-2 with the order to wake up and give a warning to the people around you. However, the prophet found some obstacles, namely the condition of the Arabian people of Mecca at that time still adhering to paganism and polytheism as well as the Arab society that was less intellectual, as evidenced by the lack of the Arab Makkah community who could write and read. There were 17 men and 5 women who could write and read at the time. Seeing the condition of the Arabian community of Mecca who was ignorant, the Prophet Muhammad made his preaching secretly by inviting his wife, family, closest friends and servants. Finally the Prophet Muhammad received 38 people embraced Islam, and made Darul Arqam as the center of scientific teachings of Islam for the first time. Darul Arqam is the house of a friend named Arqam ibn Arqam. The efforts of the Prophet to preach the true revelations and the desire to form a literary Arab society finally paid off. After the war, the Prophet Muhammad Saw captured 70 people, the aim of which was to find prisoners who could read and write to teach the Muslim community at that time. After Darul Arqam as the center of teaching of monotheism and accepting people who wished to convert to Islam, the Prophet developed a kuttab that had previously existed but was less interested. Kuttab was used as a place for teaching reading and writing for Muslim communities at that time. Thus there is a difference in the curriculum of the two educational instutions developed by Rasulullah Saw.
RAWI MURJI’AH IN S{AH{In’s Transmission in S{ah{i>h} al-Bukha>ri>) Ihsan Humaedi
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.966 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v4i2.7326

Abstract

This article will discuss the hadith narratives of a person who is considered an expert bid'ah and Imam al-Bukha> ri> load it into the book al-S}ah}i>h}. Using the literature study, this article found that among the hereditary experts contained in S{ah{i>h} al-Bukha>ri is the one named 'Abd al-H{ami>d bin ‘Abd al-Rah}ma>n al-H{imma>ni> indicated includes the Murji'ah group and the scholars differing in their views on the status of the heresy experts, some of them claiming to reject the heresy of the heresy because the requirements of the hadith s}ah}i>h} are not fulfilled that is in the 'adl aspect. Some other scholars see that it can be accepted by bid'ah expert transmission with a condition; rawi do not include people who are considered to lie and transmission does not have a motive for heresy. Then this paper will discuss the transmitter named 'Abd al-H{ami>d bin 'Abd al-Rah}ma>n al-H{imma>ni and his transmission in the book al-S}ah}i>h} accordingly with the concept of assessment of heresy experts.
Hadis dan Sejarah Perkembangannya Leni Andariati
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.796 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v4i2.4680

Abstract

Orientasi dari artikel ini adalah untuk mendiskusikan pengertian hadis serta perkembangannya. Tradisi penulisan hadis telah terjadi dari masa Nabi. Para sahabat menerima hadis dari majlis Nabi kemudian mencatat apa yang telah dikatakan oleh Nabi. Namun jumlah sahabat yang bisa menulis masih sangat sedikit, sehingga materi hadis yang tercatat pun terbatas. Selain itu juga perhatian para sahabat yang masih bertumpu pada pemeliharaan al-Qur’an, menjadikan  catatan hadis hanya tersebar pada sahifah sahabat. Cara periwayat dalam memperoleh dan menyampaikan hadis mengalami perbedaan antara masa Nabi dengan masa Khulafa’ al-Rasyidin. Begitu juga periwayatan hadis pada masa sahabat tidak sama dengan periwayatan hadis pada masa sesudahnya. Periwayatan hadis pada masa Nabi lebih terbebas karena ketiadaan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Karena pada masa Nabi tidak ada bukti yang pasti tentang telah terjadinya pemalsuan hadis, dan juga masa Nabi lebih mudah dalam melakukan pemeriksaan sekiranya ada hadis yang diragukan keshahihannya. Pada masa Khulafa’ al-rasyidin terjadi penyederhanaan periwayatan hadis, dimana periwayat yang ingin meriwayatkan hadis harus melakukan sumpah ataupun menghadirkan saksi jika hadis yang ditulis adalah benar dari Nabi. Sedangkan untuk masa Tabi’in dan Tabi’i al-Tabi’in telah terjadi penghimpunan hadis, meskipun masih ada percampuran antara hadis Nabi, perkataan sahabat dan fatwa Tabi’in. Barulah ketika Khalifah Umar ibn Abdul Aziz menjadi khalifah, hadis mulai mengalami pengkodifikasian.
Muhammad Yasin al-Fadani Zulhendra Zulhendra
Diroyah : Jurnal Studi Ilmu Hadis Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Prodi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.194 KB) | DOI: 10.15575/diroyah.v4i2.7384

Abstract

Makalah ini berusaha memaparkan kedudukan ilmiah salah seorang dari ulama keturunan nusantara pada abad 14 hijiriyah. Beliau yang dimaksud ialah seorang yang dikenal dengan sebutan Syaykh Yasin al-Fadani. Beliau yang wafat tahun 1410 H atau 1990 M. Merupakan salah seorang yang mengajar di Masjid al-Haram Makkah pada masanya. Diantara keunggulan beliau ialah besarnya perhatian beliau terhadap ilmu isnad atau periwayatan. Hal ini terbukti dengan semangat beliau dalam mendatagi ulama yang ada pada masanya di berbagai negeri. Bahkan sering beliau mengirim surat kepada sejumlah ulama yang berada pada negeri yang jauh untuk meminta ijazah dari mereka. Pemaparan dalam makalah ini menggunakan metode deskriptif, serta menggunakan metode library reaserch dalam mengumpulan data.

Page 1 of 1 | Total Record : 8